High School DxD 2 Life.0

Life.0

Aku Hyoudou Issei. Orang-orang memanggilku “Ise”.

Aku siswa kelas dua SMA. Sayangnya, aku bukan “siswa SMA biasa”.

Itu karena aku adalah Iblis. Enggak, aku serius. Aku bereinkarnasi menjadi seorang Iblis.

Nah, itu enggak penting. Anggap saja aku sebagai seorang Iblis SMA.

Itulah aku, tapi aku tak tahu apa yang mesti kulakukan dengan situasi yang terjadi tepat di hadapanku.

Entah kenapa, aku berada di tempat yang terlihat seperti sebuah kapel. Ada wajah-wajah yang tak asing di sekitarku.

“Sial! Sampai Ise menikah!”

“Ini semacam kesalahan! Ini semacam konspirasi!”

Matsuda si kepala botak, dan Motohama si cowok berkacamata. Dua sobat jahatku berbicara padaku dengan tatapan iri.

“Ise! Aku ingin cucu pertamaku perempuan!”

Hiks, kau sudah dewasa! Kau adalah anak payah yang satu-satunya harga dirinya adalah hasratnya untuk berhubungan seks!”

Kedua orangtuaku menangis. Berhenti bicara hal seperti itu!

Aku memakai tuksedo putih.

Ini seperti adegan pernikahan. Tunggu, ini adalah adegan pernikahan.

Bahkan lagu pernikahan dimainkan di dalam kapel.

Pernikahanku!? Apa ini pernikahanku!?

Aku menjadi heran dengan situasi mendadak dan mengejutkan ini, lalu bagaimana dengan pengantinku? Siapa pengantinku?

“Ise, kau tak boleh melihat sekeliling dengan gelisah.”

Sebuah suara yang akrab datang dari sampingku. Setelah melihatnya, aku melihat Rias Gremory-buchou yang cantik berdiri tepat di sampingku. Rambut crimsonnya mengalir hingga pinggulnya.

Selain menjadi orang yang mengubahku menjadi Iblis, dia juga merupakan Iblis Kelas Tinggi yang memiliki gelar kebangsawanan. Aku adalah budak Iblisnya.

Lebih dari itu, dia terlihat sangat cantik dengan gaun pengantinnya sehingga aku tak bisa melihatnya secara langsung. Hiks, Buchou, kau kelihatan sangat cantik!

Buchou, dengan pakaian seperti itu, berdiri tepat di sampingku! Jadi itu artinya dia adalah—.

“Rias-sama! Kau kelihatan sangat cantik!”

“Aaah, Rias-oneesama! Kenapa kau menikahi cowok seperti itu!?”

Jeritan seperti ini terdengar dari berbagai bagian kapel. Jadi tak ada yang bakal memujiku, ya ….

Begitu, jadi ini pernikahanku dan Rias-buchou!

Aku tak percaya itu. Buchou dan aku menjalani hubungan semacam itu tanpa kusadari, dan hubungan kami telah berkembang sejauh ini.

Ah, aku tak begitu mengerti, tapi kalau aku bisa menikahi Buchou yang kukagumi, maka tak ada masalah sama sekali!

“Setiap saat, engkau—”

Pendeta tua itu tampaknya mengucapkan sumpah pernikahan, tapi kepalaku dipenuhi dengan hal-hal lain.

Pernikahan = suami dan istri. Suami dan istri = keluarga. Keluarga = anak-anak. Anak-anak = bikin bayi. Bikin bayi = hubungan seksual. Hubungan seksual = hubungan cinta suami dan istri. Hubungan cinta suami dan istri = dimulai dari malam pertama pernikahan. … Malam pertama pernikahan ….

Malam pertama pernikahan kami!?

[Kemarilah, Ise.]

Buchou sedang berbaring di ranjang sambil telanjang dalam imajinasiku.

Artinya aku bisa, 'kan? Maksudku, bagaimanapun juga kami adalah suami dan istri, jadi kami perlu membuat sebuah keluarga.

Seorang anak adalah suatu keharusan ketika memulai sebuah keluarga. Dan buat bikin seorang anak, kita perlu melakukan hal tertentu. Dan yang pasti adalah seks.

……

Aku bisa berhubungan seks dengan Buchou!!

Mencapai kesimpulan itu, pikiranku menjadi penuh kegembiraan dan aku tak bisa menahan diri untuk membayangkan banyak hal nakal.

Begitu, jadi alasan mengapa aku tak beruntung dengan hal-hal semacam ini di masa lalu adalah karena untuk hari ini. Untuk malam ini!

A-apa aku bisa menyelesaikan tugas sampai akhir dengan selamat!?

T-tidak, kalau ini soal pengetahuan, maka aku adalah seorang ahli! Aku sudah menyimulasikannya setiap hari di kepalaku!

Dengan kata lain, aku adalah pilot andalan dalam pertarungan simulasi! Aku seorang elite yang hanya perlu merasakan pertarungan nyata!

“Sekarang, Anda boleh mencium pengantin wanitanya.”

Apa!?

Ya, itu dia, sekarang aku ingat! Ini hal pertama yang mesti kulakukan!

Ciuman di kapel! Ciuman dengan Buchou!

Sembari aku melihat ke sisiku, mata Buchou terpejam dan wajahnya mendekati wajahku!

Bisakah aku!? Aku bisa, 'kan!? Oke! Oke! Bibir Buchou adalah milikku!

Bibirnya terlihat sangat lembut. Lipstik membuatnya berkilau, kepalaku serasa berputar.

Dan segera, ini bakal jadi milikku! Aku tak bisa menahan diri untuk tidak bersemangat ketika memikirkannya!

Sambil terengah-engah dari hidungku, aku menjulurkan bibirku ke depan dan perlahan mendekati Buchou—

 

[Sepertinya kau bersenang-senang, bocah.]

 

—!?

Suara misterius bergema di dalam kepalaku.

Itu adalah suara yang rendah dan berpengaruh. Itu adalah suara yang asing, tapi entah bagaimana rasanya seolah-olah aku mengetahuinya. Suara yang selalu dekat denganku ….

 

[Benar sekali. Aku tepat di sebelahmu.]

 

… Siapa ini?

Aku melihat sekeliling, dan kapel tidak terlihat lagi.

Buchou, yang berada tepat di sampingku juga telah pergi. Semua orang termasuk orangtua dan teman-temanku juga hilang!

Sebaliknya, di mana aku? Aku kehilangan semua akal sehatku. Aku kehilangan keseimbangan dan sentuhan.

Aku kehilangan indra penglihatan dan pendengaranku juga.

Di depanku gelap gulita. Kegelapan. Aku tak bisa mendengar apa pun dengan telingaku. Sunyi.

… Apa ini?

Buchou! Ayah! Ibu! Matsuda! Motohama!

Aku meneriakkan nama-nama orang yang dekat denganku di dalam hatiku, tapi tak ada jawaban. Apa yang terjadi padaku?

Suara siapa itu?

 

[Ini suaraku.]

 

Uwaa! Suaranya tidak keluar dari mulutku, tetapi hatiku benar-benar kaget.

Tentu saja. Siapa pun bakal ketakutan kalau monster raksasa muncul tepat di depan mereka.

Ia bermata besar. Warna matanya merah, seperti darah. Rahang yang sampai ke telinganya, dengan banyak taring tajam tumbuh di atasnya.

Ada tanduk tebal berjejer di dahinya, dan sisik yang menutupi tubuhnya berwarna merah bagai magma.

Ia berlengan dan berkaki tebal bagai pohon raksasa. Cakarnya terlihat sangat tajam dan menakutkan.

Lebih dari itu, sepasang sayapnya yang terbentang membuat monster raksasa ini terlihat semakin besar.

Di depanku ada … monster raksasa … dan dari semua hal yang aku tahu, hal yang paling mirip dengannya adalah—.

—Naga.

Sepertinya ia tahu apa yang kupikirkan meskipun aku tak bisa bicara, dan sepertinya monster, seekor naga, yang ada di depanku mengangkat mulutnya sedikit.

 

[Benar. Itu kesimpulan yang tepat. Aku sudah mencoba berbicara denganmu setiap saat. Tapi, karena kau sangat lemah, kata-kataku tak bisa menjangkaumu sampai sekarang. Akhirnya. Akhirnya, aku bisa muncul di hadapanmu.]

 

… Apa yang makhluk ini bicarakan? Aku tidak mengerti.

Muncul? Dia mencoba bicara denganku sepanjang waktu? Aku tak tahu. Aku tak tahu soal itu! Apa? Apa ia mencoba memakanku?

 

[Makan? Memakanmu yang rasanya mengerikan? Aku tak mau. Bukan itu. Aku cuma mau memperkenalkan diri kepada partnerku yang akan bertarung bersama mulai sekarang.]

 

Partner? Tunggu sebentar. Aku bahkan tak tahu apa yang kaubicarakan!

Naga! Siapa kau—.

 

[Kau sudah menyadarinya, bukan? Kau mungkin memikirkannya. Ya, benar. Aku persis seperti yang kaupikirkan. Ayo bicara lagi. Aye, partner.]

 

Ketika aku melihat lengan kiriku, itu tertutup sisik merah dan terlihat sangat tidak normal karena memiliki cakar yang sangat tajam yang tumbuh darinya.

Post a Comment

0 Comments