Brave Chronicle Prolog

PROLOG: MASIH JANJI ENGGAN

“Kalau aku menang, kau harus membantuku melindungi dunia kita.”

Sambil dia bicara, dia menatapku dengan mata biru bagai safir.

Kulitnya putih murni bagai salju. Rambut panjang sebiru matanya mengalir lurus sepanjang pinggul sampai pahanya. Diadakan bersama dengan pita putih, berkibar tertiup angin.

Namanya Yukihime Yukigane.

“Tentu. Kalau kau menang.”

“Kaupikir kau bisa mengalahkan orang terkuat di dunia?” tanyanya.

“Aku tak peduli siapa kau. Aku harus memenangkan ini.”

“Apa melindungi orang sungguh buruk bagimu?”

“Ya, benar. Itu bukan buatku.”

“… Ayolah, ada lagi yang lebih dari itu, hah?” Suaranya sedikit berduka. Dia pasti menyadari perasaanku yang sebenarnya tentang hal ini.

“Kau sudah tahu bagaimana perasaanku, tapi kau tetap ingin aku melakukan apa yang kaubilang. Karena itulah kita bertarung, 'kan?”

“… Ya, benar. Aku tahu bahwa kau memiliki tugas sendiri, sebagaimana aku melindungi …” Yukihime ikut terdiam. “Tapi aku masih ingin kau bertarung di sampingku.”

Tugasku—tugas Kokuya Kurono—adalah mengurus satu-satunya anggota keluarga yang kutinggalkan, adik perempuanku … dan untuk membalas orangtuaku yang telah meninggal.

Untuk melakukan ini, aku membutuhkan kekuatan. Aku harus menjadi lebih kuat dari orang lain. Aku perlu mengalahkan Yukihime dan menjadi penyihir bintang terkuat di dunia. Aku tidak berminat untuk melindungi orang, dan seorang pembalas sepertiku sama sekali tidak berhak melakukan pekerjaan begitu.

Tapi dia tidak mau mundur hanya karena aku bilang tidak, yang berarti aku harus bertarung. Jadi, aku bertarung ….

… dan kalah.

“Sekarang, penuhi janjimu, dan bantu aku melindungi dunia kita.”

“Baiklah, baiklah … kalau kau bersikeras.”

Sembari aku bicara, aku bisa melihat Yukihime tersenyum puas, dan itu membuat hatiku sedikit sakit. Jika aku tidak membawa beban ini …. Apakah aku bisa berjalan dengan berani di sampingnya, tanpa semua rasa sakit ini? Apakah aku bisa memperjuangkan keadilan dan berusaha untuk memenuhi kewajibanku sepenuhnya, seperti yang dilakukan Yukihime?

Untuk suatu alasan, aku menemukan diriku merenungkan sesuatu ‘perandaian’ yang tidak berarti ini.

Post a Comment

0 Comments