Choppiri Toshiue Jilid 1 Prolog

Menurutku, terlalu banyak tuan putri yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinderella, Putri Salju, Putri Duyung Kecil, Thumbelina, Putri Tidur, bahkan Juliet: mayoritas putri terkenal langsung jatuh cinta.

Mereka mendadak jatuh cinta, jadi sangat tergila-gila, dan jadi bersemangat sambil berpikir “Ini pasti takdir!”, tanpa sekali pun kencan, mereka menerima lamaran pernikahan sang pangeran. Astaga, apa mereka cuma peduli dengan penampilan? Atau itu posisi “pangeran”-nya? Apa pelajaran di sini bahwa orang yang menarik dengan uang dan kekuasaan adalah yang terbaik?

Bukan cuma para putri saja. Pangeran juga sama buruknya. Cuma dari melihat wajah sang putri, mereka langsung berpikir seperti “Sungguh gadis cantik, aku akan menjadikannya istriku!” dan melamar tanpa pacaran. Di antara pelakunya adalah beberapa lelaki yang jatuh cinta setelah melihat wajah seorang gadis sewaktu tertidur. Astaga, apa ini semua cuma soal wajah gadis itu juga? Apa pelajaran di sini bahwa semua perempuan adalah wajah dan kemudaannya?

Pokoknya, ini pada dasarnya hanyalah pernikahan kilat. Mereka berjalan menyusuri lorong dengan kecepatan super dan semuanya dibungkus dengan sebuah “dan mereka hidup bahagia selamanya”. Bahkan nasib tragis seperti Romeo dan Juliet hanya butuh waktu sekitar dua minggu.

Dewasa ini, kalian akan melihat cerita dalam genre komedi romantis harem mendapat kritik karena tak bisa dibayangkan bahwa salah satu tokoh utama wanita bisa jatuh cinta pada sang tokoh utama, tetapi secara pribadi menurutku kritik harus lebih banyak dipungut pada sastra klasik. Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti mengapa putri dan pangeran saling jatuh cinta. “Cinta pada pandangan pertama” adalah alasan yang buruk untuk menyelesaikan semuanya dengan mudah.

… Atau, yah, pokoknya, semua itu yang kurasakan sebelumnya. Sekarang, sejak aku bertemu dengannya, seluruh cara berpikirku telah berubah 180 derajat. Duniaku terbalik. Cinta pada pandangan pertama memang ada. Aku kini berempati dengan para putri dan pangeran di dunia. Kalau dipikir-pikir, seorang pengarang misteri Inggris pernah berkata bahwa “Satu-satunya cinta sejati adalah cinta pada pandangan pertama”, dan setelah kupikir pria itu mungkin ada benarnya. Karena pada hari itu, saat itu juga, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sebenarnya … mungkin aku cuma mau membuat semuanya jadi cinta pada pandangan pertama. Sekarang, aku benar-benar telah jatuh cinta, mungkin aku ingin cintaku menjadi cinta pada pandangan pertama. Aku ingin berpikir bahwa karena aku pernah jatuh cinta, mungkin saat pertama kali kami bertemu adalah sesuatu yang istimewa. Aku ingin merasa mungkin itu takdir. Mungkin aku ingin semua tentang cerita kami menjadi suci. Aku tak bisa menyangkal kemungkinan bahwa otakku mengubah narasi untuk membuatnya menjadi seperti itu.

Kalau dipikir-pikir, mungkin senam mental ini sendiri adalah arti sebenarnya dari “cinta pada pandangan pertama”.

Bisa dibilang itu adalah bentuk hipnosis diri yang berasal dari rasa cinta di otak. Bukan berarti kau jatuh cinta saat pertama kali melihat seseorang: setelah kau menyukai dan akhirnya jatuh cinta dengan seseorang, otakmu dengan mudah menyusun kembali ingatanmu sehingga, ketika kau melihat ke belakang, kau akan bisa mengatakannya, “Aku tahu dari saat kita bertemu bahwa kita ditakdirkan untuk bersama”. Sangat mungkin bahwa “cinta pada pandangan pertama” tidak lebih dari penyimpangan dan penulisan ulang pada ingatanmu. Atau semacam itu.

Omong-omong, kurasa aku sudah cukup lama melakukan monolog untuk menyembunyikan rasa maluku kini. Sudah waktunya kita langsung ke intinya. Semuanya dimulai dengan bagaimana kami bertemu. Ketika aku melihat ke latar belakang, sekarang semuanya telah terungkap, aku tak bisa menahan keinginan untuk menertawakan betapa lucu, romantis, aneh, dan semuanya bak dongeng.

 

Post a Comment

0 Comments