Choppiri Toshiue Jilid 2 Bab 4

Berkendara adalah rencana kencan yang pasti, dan lebih cocok dibilang itu sedikit klasik. Kalau kau mencari sebentar di internet, kau akan melihat bahwa ada rekomendasi untuk kencan perjalanan sebanyak panduan untuk merencanakan kencan.

Dewasa ini aku mendengar tren anak muda berpaling dari mengemudi, tetapi pada akhirnya, orang modern dan mobil memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Mereka mengatakan bahwa di wilayah Tohoku yang lebih besar jumlah anak muda yang tidak mendapatkan SIM mereka sedang meningkat, tetapi bagi orang-orang seperti kami yang tinggal di kota di wilayah Tohoku, mobil adalah kebutuhan sehari-hari dan nyawa kami. Di daerah tempat tinggalku, memiliki satu mobil per orang berarti memiliki satu mobil per rumah tangga sebagai standar. Selain itu, tidak berlebihan untuk mengatakan popularitas sebuah toko kelontong ditentukan oleh ukuran tempat parkirnya.

Saat itu hari Minggu di bulan Juni, dan kencan pertama kami setelah beberapa saat adalah jalan-jalan jarak jauh dengan mobil. Setelah banyak memanfaatkan Profesor Google, aku menanamkan ke dalam otakku semua jenis strategi tentang apa yang harus dilakukan pada kencan dan hal-hal yang perlu kuhindari. Persiapan mentalku sempurna, dan untuk ekstra hati-hati aku menyiapkan kantong muntah. Aku tidak perlu takut. Meskipun aku harus mengemukakan masalah … bila aku menyebutkan sesuatu yang sangat payah … itu akan menjadi orang yang mengendarai mobil itu bukan aku, tetapi pacarku.

“… Begitu aku berusia delapan belas tahun, biarpun aku harus melanggar peraturan sekolah, aku akan mendapatkan SIM-ku.”

“J-jangan cemas soal itu,” ucap Orihara-san dengan ramah saat dia duduk di kursi pengemudi, terlihat terbiasa mengemudi.

Dia adalah seorang dewasa berusia dua puluh tujuh tahun dan memiliki SIM dan mobilnya sendiri, tetapi dia tidak benar-benar menggunakannya untuk pergi bekerja. Namun, memiliki mobil sendiri biarpun kau tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat kerja adalah norma bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota di wilayah Tohoku. Kalau kau menjadi terlalu tua dan tidak memilikinya, orang akan mengira kau adalah orang aneh.

Saat ini, kami berkendara di jalan raya nasional menuju Sendai, dan kami berencana untuk mencapai tujuan kami dalam waktu sekitar dua jam. Perjalanannya sendiri sangat menyenangkan, tapi ….

Saat ini kesetaraan gender sangat dipuji, jadi fokus pada apa yang “jantan” atau “feminin” mungkin merupakan anakronisme, tapi … menyerahkan mengemudi kepada pacarku selagi aku dengan santai duduk di kursi penumpang terasa tidak nyaman. Karena aku masih lima belas tahun, bukannya aku bisa mendapatkan SIM, tapi meski begitu ….

“Maaf. Kita akan sampai di sana sedikit lebih cepat kalau kita berkendara di jalan tol, tapi sudah lama sejak aku mengemudi jarak jauh, jadi agak menakutkan.”

Orihara-san rendah hati, tetapi teknik mengemudinya tidak menyisakan apa pun yang diinginkan. Pengeremannya lembut dan jalurnya berubah mulus. Sebagai seorang anak laki-laki, kelancaran mengemudi seorang wanita dewasa tampak keren bagiku. Tatapanku seharusnya dicuri oleh wajahnya yang anggun saat dia melihat ke depan ke jalan, namun … mataku tidak bisa menahan diri untuk bergerak ke bawah seolah-olah sedang tersedot. Sabuk pengaman yang dia kenakan di kursi pengemudi yang sepertinya membuat tanda garis miring itu membagi dia sebagai buah gantung, dan entah bagaimana membuatnya tampak semakin erotis. Aku penasaran apa orang-orang yang mengemudi di jalur yang berlawanan akan baik-baik saja kalau mereka melihat ini? Kuharap mereka tidak mengalami kecelakaan.

Ups, itu tidak bagus. Karena aku membuat pacarku mengemudi, aku tidak bisa memikirkan hal-hal bodoh semacam ini. Aku harus fokus pada apa yang kupelajari di “Panduan Kekasih di Kursi Penumpang”: Tidak boleh mengatakan, ‘Kau bisa melakukannya’ atau ‘Apakah kau tidak mengerem?’ Juga, jangan tidur, jangan mengotak-atik smartphone-ku, dan jangan memperbaiki riasanku! … Ah, itu benar-benar panduan untuk pacar perempuan. Aku bertanya-tanya apa ada yang akan membuat panduan ketika pacar laki-laki duduk di kursi penumpang?

“Sungguh mengagumkan bagaimana kau memiliki mobil sendiri.”

“Sama sekali tidak. Orangtuaku membelikannya untukku.”

Mobil Orihara-san adalah Nissan Cube hitam. Bentuk keseluruhannya yang persegi dan desain yang khas dan imut membuatnya menjadi model yang sangat populer di kalangan wanita.

“Cube itu bagus. Bahkan kakakku bilang dia mau. Tapi, ayahku bilang, ‘Kau pasti akan menabrak sesuatu, jadi mobil mikro bagus untuk mobil pertamamu,’ jadi ini menjadi perdebatan,” kataku.

“Oh, keluargaku sebaliknya. Aku baik-baik saja dengan semua jenis mobil, tapi aku diberi tahu ‘Dalam kecelakaan, mengendarai mobil mikro lebih berbahaya, jadi cari yang normal.’ Jadi aku mengendarai mobil dengan desain yang paling kusukai dan mendapatkan Cu-chan.”

“Cu-chan?”

Saat aku menanyakan ini padanya, ekspresinya berubah menjadi penyesalan. “M-mobil ini 'kan Cube, jadi … namanya adalah Cu-chan.”

“Hmmm.”

“… Apa ada yang salah dengan itu?! Aku tidak boleh memberi nama mobilku?!”

“Aku tidak mengatakan apa-apa, 'kan?”

“Kau berpikir, ‘Wanita yang belum menikah berusia tiga puluh tahun bahkan memberi nama pada mobil mereka?’ Ya 'kan!”

“Tidak.”

Setelah Gu-chan si Dolce Gusto, aku mengetahui nama salah satu teman Orihara-san yang lain. Kupikir itu sedikit kesepian, tapi lebih dari itu aku merasakan perasaan hangat di hatiku.

“Aku … menyukai sisi kekanak-kanakanmu, Orihara-san.”

“Apa … apa itu sanjungan?”

“Tentu, untuk bagian pertama. Mulai sekarang, aku juga akan menyebut mobil ini Cu-chan.”

“… Oke,” kata Orihara-san yang malu dengan anggukan kecil.

Bagian dalam mobil tiba-tiba dipenuhi dengan atmosfer canggung. “Um … bolehkah aku memutar musik?” tanyaku.

“S-silakan. Ada iPod di dasbor, jadi mainkan sesukamu.”

Mengikuti instruksinya, aku mengeluarkan iPod-nya dan mulai menggunakannya. “Um. Oke, aku akan memutar lagu Rurouni Kenshin.”

“Oh bagus. Judy dan Mary? Siam Shade? Atau mungkin TMRevolution?”

“Bukan … One Ok Rock.”

“… Oh, yang itu.”

Lagu ONE OK ROCK, hal pertama yang kupikirkan ketika mendengar Rurouni Kenshin, diputar dari pengeras suara mobil. Terkadang menyenangkan dan terkadang canggung karena perbedaan usia kami, suasana hati di antara kami selalu berubah saat Cu-chan membawa kami lebih jauh ke utara di jalan raya.

 

Akuarium Sendai Umino-Mori. Ini adalah akuarium milik pribadi yang terletak di kota Sendai di prefektur Miyagi. Setelah kami memutuskan untuk pergi ke Sendai dan membicarakan tentang harus pergi ke mana, kami memilih akuarium untuk tempat kencan hari ini.

“Wow, bagaimanapun juga hari Minggu sangat ramai ….”

Kami pun sampai di tempat tujuan setelah dua jam perjalanan kami. Kami perlahan melewati tempat parkir yang penuh dengan mobil keluarga dan menemukan tempat kosong untuk parkir.

Bukan itu masalah, tapi … teknik parkir terbalik Orihara-san benar-benar sesuatu. Bukan secara teknis, tapi secara seksual. Mobilnya terpasang monitor spion, tapi sepertinya Orihara-san adalah tipe yang benar-benar memastikan semua yang ada di belakangnya dengan matanya sendiri. Dia memutar tubuh bagian atasnya untuk melihat ke belakang dan melingkarkan tangan kirinya di sekitar kursi tempatku berada. Akibatnya, payudaranya yang ditekan sabuk pengaman didorong ke arahku. Aku sangat gugup … Kenapa aku, si pria, menjadi gugup karena parkir terbalik pacarku? Seharusnya sebaliknya.

“Oke, kita sudah sampai.”

“Terima kasih atas kerja kerasmu.”

“Jangan khawatir, itu sepele saja. Oke, ayo keluar.”

“Oh … sebelum itu, bolehkah aku minta waktu sebentar?”

Ini mungkin waktu terbaik untuk melakukannya. Aku memasukkan tangan ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah kotak kecil yang ditutupi kertas kado. Itu akan menghalangi kalau aku membawanya ke mana-mana, dan membuatnya membiarkanku meninggalkannya di dalam mobil, aku memutuskan bahwa sekarang adalah waktu terbaik untuk memberikannya padanya, aku menahan rasa maluku dan mengulurkan kotak itu padanya.

“Aku ingin kau memiliki ini.”

“Hah … a-apa ini?”

“Ini adalah hadiah untuk merayakan hari jadi satu bulan kita.”

Hari ini menandai tepat satu bulan sejak kami mulai berkencan, dan aku ingin merayakan hari jadi kami. Orihara-san membuka lebar matanya dan menyentuh kedua tangannya ke mulut.

“T-tidak mungkin. Ah … y-ua, sudah satu bulan yang lalu hari ini … maaf, aku tidak menyiapkan hadiah untukmu ….”

“Tidak, tidak apa-apa. Lagian aku melakukan ini semua sendiri! Maksudku, cukup kau mengantarku jauh-jauh ke sini. Jadi … tolong ambillah.”

Aku mengeluarkan kadonya dan Orihara-san dengan ragu menerimanya. “… Bolehkah aku membukanya?”

“Tentu.”

Dia melepas kertas kado dan membuka tutupnya. Baris di dalam ada seikat bunga mawar.

“Wow, cantik … Juga, baunya harum.”

Wajah Orihara-san berbinar saat dia melihat mawar multi-warna yang tersebar di dalam kotak, Dia mendekatkan wajahnya untuk mengendusnya, dan saat itulah dia sepertinya menyadarinya.

“… Huh? Ini bukan bunga asli?”

“Ya. Itu bunga yang terbuat dari sabun, ‘bunga sabun’.”

Ketika aku mencari di internet untuk mencari ide untuk hadiah hari jadi satu bulan, ada banyak pendapat seperti “Menerima sesuatu yang mahal setelah satu bulan hanyalah sebuah kegagalan” dan “Bunga itu sempurna.” Namun, terkait dengan bunga, aku menemukan opini negatif seperti “Diberikan karangan bunga saat kencan hanya merepotkan” dan “Menyakitkan karena harus meletakkannya di vas bunga.” Setelah mencari, aku mengetahui tentang bunga terbaik, bunga sabun. Mereka tidak memakan tempat atau layu, dan dapat menampilkannya sebagaimana adanya. Belakangan ini bahkan dijual di toko bunga, dan sehari sebelumnya aku membelinya di toko bunga di lingkunganku.

“Wow. Luar biasa, aku tidak tahu ada hal-hal seperti ini. Mereka benar-benar cantik … aku merasa tidak enak menjadi satu-satunya yang mendapatkan hadiah indah seperti ini ….”

“Tolong jangan khawatirkan itu. Harganya sama sekali tidak mahal.”

Aku tidak hanya bersikap baik, harganya memang tidak mahal. Mereka ternyata sangat murah walau begitu cantik. Mereka jelas jauh lebih terjangkau daripada membuat bunga yang diawetkan dari yang asli. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya karena sangat murah, tapi aku memutuskan memberikan hal yang paling ingin kuberikan dari hati.

“… Ini bukan soal harga. Aku sangat senang. T-terima kasih … M-Momota … k-kun ….”

“Apa? Apa?! Ke-kenapa kau menangis, Orihara-san?!”

“K-karena … aku hanya, sangat senang … aku diliputi emosi.”

Mata Orihara-san menjadi berkaca-kaca, tapi sepertinya dia menegangkan wajahnya supaya tidak menangis, Karena panik, aku menyerahkan tisu dan dengan hati-hati menyeka air matanya agar tidak merusak riasannya.

“Aku punya begitu banyak perasaan tentang banyak hal hari ini … seperti bagaimana kau mengingat hari jadi satu bulan kita … betapa kau adalah pacar yang baik … betapa aku sangat tidak berguna dan bahkan tidak bisa menyiapkan satu pun hadiah ….”

“… Kau benar-benar sentimental, Orihara-san.”

“K-ketika kau dewasa kau akan mengerti, Momota-kun …. Ketika orang bertambah tua, mereka menjadi lebih sentimental.”

Sepertinya hadiahku sukses. Bahkan mungkin terlalu sukses.

Kami bahkan belum pergi ke akuarium dan kencan kami baru saja dimulai, tetapi aku sudah berada di puncak dunia. Aku senang. Aku sangat senang. Momota-kun, apa kau ahli dalam membuatku senang atau apa? Hatiku dipenuhi dengan kebahagiaan dari hadiah kejutannya, tapi … aku kecewa dengan kurangnya pengalaman romantisku.

Aku gagal … aku seharusnya memberinya hadiah. Aku tahu bahwa hari ini adalah hari jadi satu bulan dari kami berpacaran, tapi yang kulakukan hanyalah bahagia dan memikirkan hal-hal seperti, ‘Hore, sudah satu bulan! Sungguh menakjubkan. Aku sangat bahagia!’ Aku pacar yang buruk, itu memalukan.

Saat aku menggenggam kebahagiaan dan juga kebencian pada diri sendiri, aku mengikuti Momota-kun ke pintu masuk.

“Orihara-san, kau sering datang ke akuarium?”

“Tidak, ini pertama kalinya aku datang setelah sekian lama. Kupikir yang terakhir adalah saat aku masih SMP dan aku pergi ke Marinepia di Matsushima untuk piknik sekolah. Bagaimana denganmu, Momota-kun?”

“Terakhir kali aku juga di SMP, ketika kami ke Aquamarine di Iwaki.”

“Jadi sudah tidak sejak SMP, seperti aku.”

“Betul.”

“Yah, biarpun kubilang SMP, kita membicarakan tentang satu atau dua tahun yang lalu untukmu dan lebih dari sepuluh tahun untukku. Hahaha.”

“Umm ….”

“… Tertawa, Momota-kun. Aku mohon, tertawalah. Jangan berkonflik terang-terangan soal itu ….”

“M-maaf …”

Saat mengebom lelucon mencela diri sendiri, kami tiba di pintu masuk, dan kami berdua membeli tiket. Melihat-lihat, ada banyak pasangan dan keluarga yang berfoto dengan latar belakang pintu masuk akuarium.

“Kau mau berfoto juga?” tanya Momota-kun.

“Y-ya,” jawabku dan mengangguk dengan gugup.

Hari ini aku akan melakukannya … aku akan membuat tanda peace di dekat wajahku! Sama seperti gadis remaja, lugu dan tidak tahu malu, aku akan melakukan tanda peace! Aku tidak akan biarkan siapa pun menyebutnya tanda peace wanita tua lagi!

Sambil mengabaikan aku yang sedang bersemangat sendiri, Momota-kun mengeluarkan smartphone-nya dan mengaktifkan kamera depannya. “Omong-omong, kau baik-baik saja dengan kamera langsung?”

“Kamera langsung …? Apa itu?”

Apa itu alat Doraemon? “Ta-da! Kamera langsung~” (CV Ooyama Nobuyo)

Atau semacam itu ….

“Dengan kamera langsung, maksudku adalah kamera asali smartphone tanpa filter …. Rupanya saat ini para gadis kebanyakan menggunakan aplikasi kamera yang bisa melakukan banyak penyesuaian pada foto dan tidak menggunakan kamera yang ‘tidak berfilter’ ketika swafoto. Kakakku bilang ‘Membiarkan fotoku diambil tanpa filter adalah hal terakhir yang sering kulakukan’.”

“Oh, sungguh …” kataku, terkesan dengan info baru ini.

“Tanpa filter” … kurasa artinya itu, berbeda dengan berfoto dari aplikasi kamera yang bisa membuat dan memfilter gambar impian ideal, saat itulah kau hanya memfoto biasa. Aku tidak tahu siapa yang memulainya, tapi itu cara yang menarik untuk menjelaskannya.

Di seluruh dunia, ketika sesuatu menjadi arus utama terkadang ada tren untuk memilih hal yang datang sebelumnya dan memberinya julukan yang sedikit meremehkan. Misalnya, begitu smartphone menjadi populer, ponsel yang digunakan sampai dulu tiba-tiba mulai disebut “ponsel lipat”. “Tanpa filter” mungkin sama dengan itu.

Aku tidak bisa menahan perasaan kesenjangan generasi tapi … itu mungkin hanya ada hubungannya denganku yang tidak terlalu feminin. Tampaknya ada banyak orang seusiaku yang mengunggah gambar satu demi satu ke Instagram. Aku tidak begitu menggunakan fungsi kamera smartphone-ku kecuali untuk mengambil screenshot dari artikel panduan strategi gim. Pada akhirnya, sepertinya Momota-kun juga tidak tahu banyak tentang aplikasi kamera, jadi kami hanya mengambil gambar “tanpa filter”.

“Orihara-san … mendekatlah sedikit.”

“O-oke ….”

Aku semakin dekat untuk menyesuaikan diri dengan bingkai kamera, tetapi mungkin karena tidak satu pun dari kami yang terbiasa mengambil swafoto, hasilnya tidak berjalan dengan baik.

“… Maaf,” kata Momota-kun, seperti dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Dia lantas meraih bahuku dan menarikku mendekat, dan tubuh serta wajah kami menjadi sangat dekat.

“…!”

Saat jantungku berdebar kencang karena tiba-tiba pacarku yang lebih muda menjadi jantan, entah bagaimana aku bisa membuat tanda peace di sisi wajahku.

Perjalanan pertamaku setelah sekian lama ke akuarium benar-benar menyenangkan. Sejujurnya, ada bagian dari diriku yang mengira akuarium hanya tentang ikan, tapi … wow, akuarium akhir-akhir ini luar biasa, dan begitu pula Sendai Umino-Mori Aquarium. Dibangun pada tahun 2015, jadi bagian dalamnya bersih dan baru. Yang terpenting, itu dikemas penuh dengan hal-hal menyenangkan untuk menghibur para tamunya. Aku tidak punya pilihan selain mengubah pandanganku tentang akuarium. Akuarium belakangan ini tidak hanya memamerkan ikan. Itu adalah taman hiburan besar di mana mereka menggunakan air dan kehidupan akuatik untuk membuat karya seni.

“Akuarium itu luar biasa, Momota-kun!”

Setelah kami melihat sekeliling akuarium, kami berjalan ke pujasera. Saat kami makan siang sedikit terlambat, kami dengan bersemangat membicarakan kesan kami terhadap akuarium.

“Aku terkejut saat kita masuk. Aku tidak menyangka mereka memiliki pemetaan proyeksi di akuarium! Itu sangat mengesankan. Selain itu, pertunjukan lumba-lumba sangat bagus. Siapa tahu lumba-lumba bisa melompat setinggi itu! Itu setengah kali lebih tinggi dari yang kukira!” kataku.

“Aku suka ubur-ubur, mereka sangat berwarna saat semuanya menyala.”

“Ya, itu sangat mistis dan bikin rileks. Selain itu, parade penguin benar-benar yang terbaik!”

“Itu menyenangkan. Tak kukira penguin akan keluar dari tangki mereka dan berjalan tiga puluh sentimeter di depan kita?”

“Ya! Itu pertama kalinya aku melihat penguin sedekat itu! Mereka sangat imut. Aku mengambil banyak foto mereka.”

“Aku juga mengambil banyak.”

“Benarkah?! Tunjukkan padaku, tunjukkan padaku!”

Setelah aku mengatakan itu, Momota-kun ragu-ragu sejenak sebelum dia memberikan aku smartphone-nya. Aku melihat foto-fotonya dan mengerti mengapa dia melakukannya.

“… Momota-kun.”

“…Apa?”

“Kenapa … ada lebih banyak foto a-aku daripada foto penguin?”

Berapa kali pun aku menggesek layar, yang muncul adalah penguin—diawasi oleh seorang wanita yang sangat bersemangat yang nyaris tiga puluh tahun. Dengan kata lain, itu adalah aku.

“Um, hanya saja … kau lebih imut dari penguin, Orihara-san, jadi aku tidak bisa menahan diri.”

“Apa … aku tidak butuh pujian kosong seperti itu ….”

“Ini bukan pujian kosong! Sejujurnya aku mengira kau benar-benar imut, dan aku tidak tahan lagi—”

“…?! B-baik, aku mengerti. Aku mengerti, jadi … itu terlarang! Memujiku adalah terlarang!”Gawat. Wajahku hangat sekali, dan rasanya aku akan mati karena malu. Terkadang Momota-kun bisa begitu lugas, aku tidak tahu harus berbuat apa.

 

Usai makan siang, kami berkeliling ke area yang belum pernah kami kunjungi, meluangkan waktu untuk mengagumi penguin untuk terakhir kalinya, dan dengan itu kencan kami pun berakhir. Sebelum kami meninggalkan gedung, kami mampir di toko suvenir terletak di dekat pintu keluar dan melihat sekeliling ke kerumunan besar dan semua suvenir bertema akuarium.

“Oh, hei, Momota-kun. Aku ingin kau mendengarkanku, dan jangan tertawa, tapi …” kataku sambil menahan rasa malu dan mengumpulkan keberanianku. “Aku … ingin suvenir yang serasi ….”

“… Haha.”

“Ah! Kau t-tertawa! Kau mengerikan! Sudah kubilang jangan!”

“M-maaf … aku bertanya-tanya apa yang akan kaukatakan, dan ternyata itu sesuatu yang sangat normal.”

“I-itu karena ….”

Aku berusia dua puluh tujuh tahun dan menginginkan sesuatu yang serasi sehingga aku bisa melihatnya dan selalu memikirkanmu … itu memalukan, bukan?

“Kau tidak berpikir, ‘Dia sudah setua ini dan dia masih berbicara seperti anak SMP’?”

“Tidak, dan itu baik-baik saja. Ayo kita beli sesuatu yang serasi. Aku juga berpikir aku ingin mengingat sesuatu hari ini,” kata Momota-kun, terdengar sedikit malu.

Setelah itu, sambil melihat-lihat toko, kami berdua berdiskusi bagaimana kami menginginkan sesuatu yang bisa dengan mudah dibawa ke mana-mana dan memiliki desain yang tidak memalukan jika dilihat orang. Pada akhirnya, kami pun membeli gantungan kunci penguin. Semacam merchandise yang ditujukan untuk pasangan dengan varian warna merah dan biru, namun jika dilihat hanya salah satunya maka tampilannya seperti gantungan kunci biasa.

“Aku akan meletakkan ini pada kunci cadangan yang kauberikan padaku, Orihara-san.”

“Ya. Aku akan meletakkan milikku di kunci rumahku dan membawanya ke dekatku.”

Aku belum membayarnya, tapi aku dengan kuat menggenggam gantungan kunci yang kupegang dan secara alami tersipu. Hehehe. Aku sangat senang. Aku punya gantungan kunci yang serasi dengan Momota-kun. Aku akan melihatnya setiap hari! Kami lantas mengambil dua gantungan kunci dan menuju kasir.

“Omong-omong, Orihara-san, kau akan membeli sesuatu untuk Kisaki-san?”

“Ya, karena dia memintaku. Mungkin aku akan membelikannya kue atau semacamnya. Apa kau tidak akan membelikan oleh-oleh untuk keluargamu, Momota-kun?”

“Aku tidak bisa, karena aku tidak memberi tahu mereka bahwa aku akan pergi ke akuarium hari ini,” jawab Momota-kun dengan senyum pahit, dan aku menyadari selip lidahku.

Benar sekali, Momota-kun bilang dia akan berkumpul dengan teman-temannya hari ini saat dia keluar rumah.

Tidak mungkin dia bisa bilang bahwa dia akan pergi jalan-jalan dengan seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun ke akuarium. Aku benar-benar bersenang-senang pada kencan ini, dan rasanya seperti sedang bermimpi, tetapi … jika aku mundur selangkah dan melihat diriku secara objektif, aku adalah seorang wanita dewasa berusia dua puluh tujuh tahun yang sedang menyeret seorang anak di bawah umur tanpa izin dari orangtuanya. Bagaimanapun juga, aku tak bisa menghapus perasaan bersalahku. Kenyataannya bahwa aku terus berpura-pura tidak melihatnya tiba-tiba akan menghancurkan hatiku—

“Orihara-san?”

“… Apa?”

“Ada apa? Kau melamun.”

“T-tidak, bukan apa-apa. Oh, aku ingin tahu apa aku akan memilih kue dengan coklat di dalamnya. Kakakku suka coklat,” kataku, mencoba terdengar ceria dan mengambil sekotak kue.

Kami membayar semuanya dan meninggalkan toko. “Aku akan memegangnya,” kata Momota-kun Dia memegang tas suvenir untukku seperti itu benar-benar alami, dan segera menggunakan tangan lainnya untuk memegang tanganku.

“Momota-kun, kau sudah pandai berpegangan tangan.”

Pertama kali dia meraba-raba dengan itu, tapi kini dia bisa dengan cepat memegang tanganku. Aku hanya bermaksud untuk dengan jujur memujinya dan mengatakan padanya bagaimana perasaanku, tapi Momota-kun meringis karena malu.

“… T-tolong jangan menggodaku.”

“Huh … aku tidak menggodamu; sejujurnya aku hanya berpikir bahwa kau luar biasa.”

“Itu disebut menggoda seseorang …”

“A-apa … t-tidak. Aku tidak bermaksud meledekmu sama sekali …. Hanya saja aku ingin mengatakan bahwa kau menjadi pacar yang keren, dan aku semakin jatuh cinta denganmu. Jadi ….”

“…?! Aku mengerti. Aku mengerti, oke!” Kata Momota-kun dengan samaran kala wajahnya berubah merah padam.

Aku melihat wajahnya, dan tiba-tiba aku menjadi malu juga. Ups. Aku berusaha keras untuk memperbaiki kesalahpahaman sehingga aku berbicara terlalu banyak dari hati!

“K-kau … kadang-kadang sangat terus terang, Orihara-san.”

Aku tidak menyadarinya, tapi rupanya, aku juga terus terang. Ada apa dengan kami begitu terus terang? Kalau kami terus begitu dekat dan terus terang seperti ini, suatu hari salah satu dari kami akan mati karena malu.

Kami diam karena rasa malu kami, tetapi kami berpegangan tangan dengan kuat kala kami meninggalkan toko suvenir dan berjalan menuju pintu keluar.

Saat itulah itu terjadi.

“Buruan Saki! Ayo berfoto di sini!”

“Ugh, baiklah, baiklah. Tapi kali ini bisakah kau mengizinkan aku menggunakan smartphone? Aku tidak banyak merias wajah hari ini, jadi aku ingin memakai filter.”

Di koridor, di dekat panel ikan yang dimaksudkan untuk berfoto, ada seorang gadis yang terlihat seumuran SMA memegang tangan seorang anak laki-laki yang terlihat seperti TK. Momota-kun berhenti saat melihat mereka.

“Oke, selesai. Aki, akhirnya kau merasa cukup, 'kan? Ibu dan Ayah sedang menunggu, jadi ayo cepat dan—”

Gadis itu dengan terampil mengambil swafoto mereka dan meraih tangan bocah lelaki itu, dan dia akan pergi ketika dia melihat kami dan berhenti di jalurnya.

“M-Momota?”

“Ibusuki ….”

Keduanya saling memandang dan mengedipkan mata karena terkejut. Huh? Apa mereka saling kenal?

Bocah laki-laki itu menarik tangan si gadis Ibusuki-san ini dan berkata, “Saki, siapa ini? Temanmu?”

“Apa … o-oh, ya. Laki-laki itu adalah seseorang yang aku kenal dari sekolah ….”

“Siapa wanita itu?”

“Hmm.”

Kemudian bocah laki-laki itu menatap kami, lebih tepatnya, dia menatap tangan kami yang berpegangan tangan seperti pasangan.

“Kalian benar-benar teman baik!” Anak laki-laki itu berteriak polos.

“T-tunggu, Aki!” kata Ibusuki-san, mencoba untuk menahannya.

Perasaan malu yang tak terlukiskan meledak di dadaku, dan di saat yang sama, Momota-kun dan aku dengan cepat melepaskan tangan.

“Ah, astaga … Aki, temui saja Ayah dan Ibu.”

“Kenapa?”

“Kumohon. Setelah itu aku akan melakukan apa pun yang kauinginkan.”

“Benarkah?! Lalu maukah kau melakukan peniruan Pretty Cure habis-habisan untukku?!”

“… A-aku mau. Aku akan melakukannya untukmu.”

“Hore!”

Bocah laki-laki itu, Aki-kun, memberikan senyuman termanis, memunggungi kami, dan berlari menyusuri koridor. Sekarang sendirian, Ibusuki-san dengan canggung menatap kami.

“… Sungguh kejutan, melihatmu di tempat seperti ini.”

“Y-ya, pasti.”

Respons Momota-kun juga agak canggung, dia menatap Ibusuki-san dengan ekspresi bingung di wajahnya, dan dia pada gilirannya menjadi malu dan berpaling darinya.

“Hei, h-hentikan … idiot. Jangan hanya menatapku. Aku tidak berusaha keras untuk pakaian dan riasanku hari ini ….”

“M-maaf.”

“Ugh … ini menyebalkan. Bukannya aku selalu memakai pakaian kuno seperti ini, lho. Saat aku bergaul dengan teman-temanku, aku berusaha berpakaian bagus … hari ini aku di sini bersama keluargaku, dan aku pergi dengan sesuatu yang nyaman karena aku tahu aku akan diseret oleh adikku ….”

Pakaian Ibusuki adalah baggy hoodie dan jeans yang sepertinya dia tidak membutuhkan banyak tenaga. Namun, mungkin karena wajahnya yang imut, jenis fesyen kuno itu terlihat bagus untuk dirinya.

“Jadi, kau punya adik laki-laki, Ibusuki.”

“Ya, aku tahu. Namanya Aki, dan dia di tahun terakhir prasekolahnya.”

“Sungguh manis kau merawatnya.”

“Tidak juga. Aku hanya menjaganya.”

“Maksudku, kau melakukan peniruan Pretty Cure untuknya, 'kan?”

“K-kau mendengarkan?! T-tidak, itu sama sekali tidak seperti yang kaupikirkan! Kadang, ketika adikku menjengkelkan, aku hanya akan melakukan peniruan identitas ….”

“Tapi kau berusaha sekuat tenaga dan habis-habisan?”

“Aku tidak bisa menahannya! Dia hanya menonton Kamen Rider dan Super Sentai dan tidak menonton Pretty Cure sama sekali … aku harus berusaha sekuat tenaga kalau aku ingin membuatnya tertarik!”

Sepertinya Ibusuki-san adalah penggemar anime gadis kecil dari televisi anak-anak di Minggu pagi. Generasiku memiliki Magical DoReMi, tapi aku ragu anak-anak ini pernah melihatnya. Mereka mungkin bahkan tidak tahu tentang Ashita no Nadja.

Saat aku melamun dalam nostalgia sendirian, Momota-kun akhirnya menyadari bahwa aku ditinggal. “Oh. Orihara-san, um … ini Ibusuki. Dia setingkat denganku di SMA kami.”

Momota-kun mengenalkannya padaku dengan panik, lalu menghadap Ibusuki. “Ini Orihara Hime-san. Dia … pacarku,” ucapnya, sedikit malu.

“S-salam kenal, aku Orihara Hime.”

“… Salam kenal.”

Kami saling menyapa dengan canggung, dan aku lebih gugup daripada senang karena telah diperkenalkan sebagai pacarnya. Oh tidak, kami bertemu dengan teman sekelas Momota-kun …. Kami benar-benar terlihat berpegangan tangan, jadi kami tidak bisa menggunakan strategi ‘kami kerabat’. Tetapi, dia tidak bisa mengatakan usiaku hanya dengan melihat pakaianku. Jika aku beruntung dia akan berpikir bahwa aku di usia mahasiswa perguruan tinggi—

“… Ha, haha.” Ibusuki-san tertawa setengah hati.

“Jadi … lagi pula kau benar-benar punya pacar,” katanya dengan senyum sedih dan kesepian. “Kau tidak berbohong hanya untuk menolakku.”

“Ya ….”

“Dia benar-benar pacar yang imut. Jika pacarmu seimut ini, bisa dipahami kalau kau tidak akan tertarik pada seseorang seperti aku. Haha …” Dia tertawa lemah, dan matanya berkeliaran seperti dia tidak nyaman berada di sana.

“Jadi, um … aku akan pergi. Keluargaku sedang menungguku.” Ibusuki-san membungkuk kecil dan cepat-cepat pergi.

“… Teman sekelasmu melihat kita, Momota-kun.”

“Ya. Yah, dia bukan tipe orang yang suka bergosip, jadi kupikir kita mungkin baik-baik saja … lain kali aku melihatnya, aku akan memastikan untuk memintanya merahasiakan ini.”

“Apa Ibusuki-san temanmu?”

“Dia tidak seperti yang aku sebut sebagai teman ….”

“Dia berbicara tentang kau menolaknya dan tidak tertarik …” aku mendesaknya tentang apa yang ada di pikiranku, dan tubuh Momota-kun membeku dengan kaget.

“Yah, kau tahu …” dia melihat ke sana dan ke arah itu untuk menghindari tatapanku, tapi tak lama kemudian dia berbicara. “Sebenarnya adalah … beberapa hari yang lalu, dia mengungkapkan perasaannya kepadaku.”

“Apa?” Aku kehabisan kata-kata, dan pikiranku menjadi kosong.

“T-tapi tentu saja aku menolaknya! Aku dengan jelas memberi tahunya bahwa aku tidak bisa berkencan karena aku punya pacar.”

“….”

Suara Momota-kun terdengar begitu jauh, dan aku merasa tubuhku mati rasa. Apa reaksi yang benar di sini? Apa yang akan dilakukan pacar yang baik di saat seperti ini? Apa yang harus dilakukan pacar yang manis dalam situasi seperti ini? Aku penasaran kalau aku harus bertingkah cemburu dan mengatakan sesuatu seperti, “Hmph. Buat apa kau begitu genit dengannya? Aku yakin kau senang melihatnya, kan?! Karena dia sangat imut dan segalanya!” cemburu seperti itu mendapat nilai penuh sebagai pacar.

Namun, tak ada sedikit pun kecemburuan di hatiku. Alih-alih terbakar amarah, aku bisa merasakan diriku menjadi lebih dingin. Hatiku terasa sangat hampa, dan perasaan gelap perlahan menyebar melalui itu seperti tinta hitam yang tumpah.

Inikah … rasa bersalah? Perasaan seperti lumpur kental menyelimuti hatiku.

Momota-kun mengatakan bahwa dia menolaknya dengan mengatakan bahwa dia punya pacar. Begitu. Momota-kun berkencan denganku, jadi dia tidak bisa berkencan dengan gadis lain. Dia berkencan dengan wanita tua sepertiku yang dua belas tahun lebih tua darinya …. Kalau saja aku tidak ada di sini, Momota-kun akan bisa menjalani kehidupan seperti siswa normal, dan mungkin bisa memiliki hubungan yang lebih normal. Aku yakin dia akan bisa mendapatkan pacar seusianya dalam waktu singkat. Momota-kun sangat keren. Dia benar-benar sangat keren, jadi pasti ada banyak gadis yang akan menganggapnya menarik. Seseorang seperti Ibusuki-san jatuh cinta padanya dan mengungkapkan perasaannya padanya.

Kalau aku tidak ada di sini … Momota-kun mungkin akan dengan mudah mengatakan ya padanya, dan mereka berdua akan menikmati masa muda mereka sepenuhnya. Kalau dia memiliki pacar yang normal, dia tidak perlu datang sejauh ini untuk berpegangan tangan dengan pacarnya, dan dia bisa saja berpegangan tangan dengannya di sekitar kota dan digosipkan serta diejek oleh kelasnya karenanya. Hari ini pun, dia akan bisa memberi tahu ayahnya, “Aku pergi ke akuarium dengan pacarku” dan berkencan tanpa menyelinap. Dia mungkin bisa saja menjalani kehidupan seperti itu. Kehidupan yang lebih normal, lebih trendi, dan jauh lebih bahagia—

“… Ha, haha.” Aku tertawa dan berusaha sebaik mungkin untuk tersenyum. “Haha. Momota-kun, kau tidak perlu khawatir seperti itu. Aku sama sekali tidak khawatir soal itu. Aku tidak terlalu kekanak-kanakan bahwa aku akan cemburu hanya karena gadis lain menyatakan kepadamu.”

“Orihara-san ….”

Saat ekspresi Momota-kun berubah menjadi lega, aku melanjutkan, “Maksudku, kau tidak perlu memaksakan diri.”

“… Apa?”

“Kau bisa mencampakkanku kapan saja.”

Aku bahkan tak tahu mengapa aku mengatakan sesuatu seperti itu. Tapi aku mengatakannya. Aku tidak bisa menahan diri. Kata-kata pahitku keluar dari senyuman yang kupaksakan di bibirku.

“Kalau kau ingin berkencan dengan gadis lain, jangan khawatir dan katakan saja, oke? Aku akan segera keluar. Oh, tapi aku ingin kalau kau memberi tahuku secepat mungkin. Maksudku, aku tidak akan lebih muda lagi. Jadi, kalau aku akan dicampakkan, aku lebih suka cepat daripada nanti ….”

“… Apa yang kaukatakan?” tanya Momota-kun, menatapku dengan tidak percaya.

Aku bisa melihat di matanya bahwa dia benar-benar tidak mengerti apa yang ingin kukatakan kepadanya. Aku tidak bisa melihat ke belakang padanya, jadi aku mengalihkan pandanganku dan meludahkannya sambil menghadap ke tanah.

“Kenapa kau tidak mencoba setidaknya berkencan dengan Ibusuki-san? Dia cukup berani untuk mengakui perasaannya padamu, jadi kupikir kau setidaknya harus mencobanya. Kau mungkin akan menyukainya lebih dariku. Kau masih lima belas tahun, jadi akan baik bagimu untuk mencoba berkencan dengan banyak gadis yang berbeda dan bukan aku saja, 'kan?”

“… Orihara-san, aku—”

“H-hei, Momota-kun, jangan membuat muka serius seperti itu. Ini l-lelucon … hanya lelucon. Hei, ayo kita pulang. Kalau kita terlambat, jalanan akan penuh,” elakku seperti aku melarikan diri dan membelakangi dia.

Momota-kun ikut bersamaku saat aku mulai berjalan menuju pintu keluar. Kami tidak lagi berpegangan tangan, dan Momota-kun tidak lagi meraih dari belakang dan menggenggam tanganku. Dalam perjalanan pulang, aku menggunakan jalan tol. Agak menakutkan, tapi aku ingin pulang secepat mungkin. Bergabung dengan Momota-kun itu menyakitkan tak tertahankan, seperti hatiku akan hancur sendiri.

Post a Comment

0 Comments