SLASHDOG Jilid 3 Prolog

Prolog

Gadis kecil itu duduk di bangku kelas atas sekolah dasar ketika Himejima Suzaku bertemu dengannya.

Dia adalah seorang gadis kecil yang dibenci oleh kerabatnya. Suzaku diam-diam telah bertemu dengan gadis kecil itu selama beberapa bulan.

Pada hari itu juga, Suzaku berbohong bahwa dia sedang menuju ke kuil Shinto yang terhubung dengan Himejima, dan malah pergi ke tempat rahasia di mana gadis kecil itu tinggal. Tempat itu dikelilingi oleh sejumlah penghalang tak dikenal, sehingga orang biasa maupun praktisi biasa tidak bisa begitu saja muncul di sana.

Suzaku tahu cara melewati penghalang tersebut. Ini tak ada hubungannya dengan bagaimana dia disebut sebagai wanita paling berbakat di rumahnya sejak kecil; dia telah diajari cara melewatinya.

Meskipun kau berjalan dengan langkah normal, kau hanya akan terus berjalan dalam garis lurus tanpa henti tanpa bisa keluar, walaupun kau berputar berkali-kali, kau akan kembali ke titik awal yang sama. Dengan mengikatkan simbol yang telah diajarkan orang itu ke tangannya, dia sementara bisa melanjutkan ke depan.

Setelah beberapa menit berjalan setelah menemui penghalang, dia tiba di sebuah rumah tua satu lantai. Itu adalah rumah kayu tua. Setelah memasuki halaman—dia bisa melihat seorang gadis kecil bermain sendirian di kejauhan, menggambar di tanah di taman. Dia adalah seorang gadis muda sekitar tujuh atau delapan tahun dengan kucir kuda hitam berkilau.

Gadis itu berbalik ketika dia menyadari kehadiran di belakangnya. Setelah melihat bahwa itu adalah Suzaku, dia berlari ke arahnya dengan senyum yang menerangi seluruh wajahnya. Dan seperti itu dia terjun ke dada Suzaku.

“Suzaku-neesama!”

Suzaku dengan penuh kasih sayang membelai gadis yang melompat ke dadanya.

“Akeno, apa kau sedang menggambar sesuatu? Apakah kau menghafal teknik pengusiran setan yang diajarkan Shuri-obasama?”

Ketika Suzaku menanyakan hal ini sambil tersenyum, gadis itu—Akeno menjulurkan lidahnya dan menjawab, “Tak apa-apa kalau aku menghafalnya bersama Suzaku-neesama.” Suzaku menganggap sikap itu menenangkan secara pribadi.

Suzaku dan Akeno sangat mirip. Meski begitu, hal itu sudah diduga. Gadis itu adalah sepupu Suzaku. Bagaimanapun juga, dia adalah putri dari adik perempuan ibu Suzaku—bibinya.

“Wah wah, Suzaku-chan. Kau sudah sampai.”

Seorang wanita muncul di beranda. Begitu pula, dia juga memiliki wajah yang mirip Suzaku dan Akeno—. Wanita ini adalah bibi Suzaku, dan ibu Akeno.

“Shuri-obasama, mohon maafkan atas gangguanku.”

Bibinya—Shuri, senang dengan kunjungan Suzaku, menyambutnya dengan senyuman.

Bersama dengan bibinya, Shuri, Suzaku mencoba menguji apakah Akeno muda bisa beradaptasi dengan teknik yang diturunkan oleh klan Himejima. Fondasi utamanya adalah Lima Fase, atribut dari lima elemen—yaitu api, air, kayu, logam, dan tanah.

Himejima, karena percaya pada dewa-dewa yang termasuk dalam garis keturunan Hi-no-Kagatsuchi, adalah keluarga yang terutama memanifestasikan kekuatan supernatural yang berkaitan dengan api. Suzaku dan Shuri tidak terkecuali.

Namun, saat ini, Akeno lebih banyak mendemonstrasikan bakatnya dengan halilintar dibandingkan dengan api.

Tampaknya itu adalah pengaruh yang mengalir melalui darah orang itu …. Ini adalah informasi yang tidak menguntungkan bagi mereka yang terhubung dengan Himejima.

Dan kemudian, ada satu hal lagi yang Shuri katakan padanya—dia memiliki tubuh yang cocok untuk oni. Ini adalah sesuatu yang dibawa Akeno di dalam tubuhnya yang identik dengan ibunya, Shuri, atau begitulah yang diyakini Suzaku.

Untuk klan Himejima—ada banyak kasus di mana mereka yang tidak memiliki perlindungan ilahi dari api diasingkan secara paksa. Akeno khususnya, karena garis keturunannya yang berbeda, dipandang sebagai aib oleh para petinggi Himejima.

… Jika dia setidaknya memiliki bakat dengan api, atau mungkin rahmat ilahi dari garis keturunan Hi-no-Kagutsuchi, mungkin ceritanya akan berbeda ….

Hasil ini membawa banyak kesedihan bagi Suzaku, serta ibu Akeno, Shuri.

—Akeno tidak akan pernah menerima perlindungan Himejima.

Suzaku dan Shuri mengawasi Akeno yang sedang bermain sendirian di taman.

Tiba-tiba, Shuri berbicara kepada Suzaku.

“… Suzaku-chan, jika sesuatu terjadi padaku ….”

Namun setelah mengatakan itu, Shuri menggelengkan kepalanya.

“Tidak, tolong lupakan itu. Kau adalah kepala keluarga generasi berikutnya. Dipilih oleh keluarga Himejima. Aku tidak akan membiarkan masalah yang berkaitan dengan kami memengaruhimu.”

Suzaku meraih tangan Shuri.

“Oba-sama, tolong jangan bicara seperti itu.”

Dia menyatakan ini dengan jelas dengan tatapan tajam.

“Aku … jika aku menjadi kepala keluarga, aku berniat melakukan reformasi agar Oba-sama dan Akeno bisa kembali ke keluarga. Selain itu, aku telah memutuskan bahwa aku ingin melakukan segalanya untuk membawa semua orang yang diasingkan kembali ke dalam keluarga. Lagi pula, bukankah menyedihkan … bahwa meskipun kita memiliki darah yang sama mengalir melalui pembuluh darah kita, kita didiskriminasi hanya berdasarkan perbedaan kecil dalam kemampuan ….”

Memang benar, Suzaku—sejak lahir, telah melahirkan perlindungan ilahi dari Hi-no-Kagutsuchi, dan cocok dengan ‘Suzaku[1]’, makhluk suci yang memerintah keluarga Himejima, dan karena itu dia adalah eksistensi langka bahkan di dalam keluarga yang diizinkan untuk diberi nama dengan kanji yang sama.

Semenjak dia dilahirkan, dia adalah seorang gadis kecil yang masa depannya sebagai kepala keluarga telah ditentukan—.

Namun, pikiran muda Suzaku merasa kesal terhadap cara kerabatnya menangani berbagai hal. Sekalipun mereka tidak diberkahi dengan kekuatan api, mereka tetaplah saudara yang di dalam nadinya mengalir darah yang sama. Pengusiran mereka seperti itu hanya menimbulkan perasaan benci terhadap kesewenang-wenangan tersebut.

Ketika aku menjadi kepala keluarga, aku tidak akan menjadi seperti semua kepala keluarga berturut-turut—. Inilah yang dia putuskan di lubuk hatinya yang paling dalam. Biarpun itu menjanjikan jalan yang sulit—.

Shuri mengusap pipi Suzaku.

“… Kau baik sekali, Suzaku-chan. Kau adalah anak yang baik hati tidak seperti seseorang dari Himejima. … Tidak peduli berapa banyak hal menyakitkan yang terjadi, biarpun mimpi itu berubah, kebaikan hatimu sendiri tidak akan pernah berubah.”

Saat Shuri memeluknya dengan suara bergetar, Suzaku saat itu tidak mengerti apa yang dikatakan bibinya …. Satu-satunya hal yang bisa dia rasakan adalah kehangatan Shuri.

—Beberapa tahun kemudian, bibinya Shuri diserang oleh pembunuh musuh yang kuat dan membawa kebencian terhadap Malaikat Jatuh, dan dia kehilangan nyawanya.

Ironisnya, itu adalah hari di mana Suzaku menjalani upacara pewarisan makhluk suci ‘Suzaku’.

Setelah kehilangan Shuri yang merupakan ibunya, dia mendengar bahwa Akeno juga akhirnya dikejar oleh Suou yang merupakan kepala keluarga Himejima saat ini, dan telah dibawa oleh ‘Iblis’ berambut crimson.

Adapun ketika Suzaku mengetahui detail kejadian tersebut, itu terjadi setelah upacara pewarisan makhluk suci ‘Suzaku’ telah selesai sepenuhnya.

Setelah itu, Suzaku mengunjungi rumah tempat tinggal Shuri dan Akeno sendirian.

Rumah Shuri dan Akeno telah ditinggalkan—.

Pilar yang diukir setiap tahun untuk menunjukkan tinggi badan sepupu kesayangannya, Akeno—.

Suzaku—tidak melindungi mereka. Janjinya pada Shuri, soal Akeno—.

Atas permohonan Suzaku, dia telah mendirikan kuburan Shuri di sudut tanah pribadi keluarga Himejima. Suzaku sering mengunjungi makam itu.

Di sana dia akan menyesali kejadian hari itu, sambil memiliki keinginan yang kuat di dalam hatinya.

—Setelah aku menjadi kepala keluarga, aku akan mereformasi Himejima. Jika itu alasannya, aku akan mengilhami tubuh ini dengan api neraka tidak peduli seberapa tidak nyamannya.

—Karena itu, Akeno. Ketika saatnya tiba kau kembali, pastilah—.

Dan sekarang, Himejima Suzaku yang berusia tujuh belas tahun membawa keinginan yang sama seperti saat dia berdiri di depan makam Shuri.

“Aku, akan pergi, Oba-sama. Aku pasti akan mengembalikan Akeno ke keluarga—. Namun, sebelum itu ada satu orang lagi, seorang anak yang ingin ditemui. Aku dan anak itu—”

Makhluk suci ‘Suzaku’—gadis yang melambangkan Himejima dan anak lelaki yang membawa makhluk kegelapan ‘Canis Lycaon’ sedang dipermainkan oleh takdir.

[1] Zhūquè

Post a Comment

0 Comments