Junior High School DxD Jilid 2 Life.0
Life.0
Namaku Miyamoto Zekka. Aku siswi kelas dua di divisi SMP Akademi Kuoh.
Seorang siswi SMP biasa yang bisa ditemukan di mana saja …ini bukanlah tentang aku, atau begitulah yang kupikirkan.
Soalnya, oppai-ku bersinar dan muncul pedang dari sana.
Aku terseret ke dalam banyak masalah, dan sekarang dikenal sebagai Oppai Samurai.
Selama ini, aku takut berbeda dengan orang-orang di sekitarku dan menghabiskan waktu dalam kesendirian.
Namun, setelah pindah ke akademi ini, aku akhirnya berhasil mendapatkan teman.
Aku masih benci oppai dan tidak suka kecanggunganku sendiri.
Meski begitu, dengan bertemu banyak orang, aku merasa sedikit lebih percaya diri, meskipun hanya sedikit, terhadap diriku yang tidak terlalu normal.
—Harapanku untuk masa depan adalah menikmati masa mudaku sepuasnya bersama semua orang.
[Zekka-chan!]
Dan kemudian, seolah menanggapi keinginan baruku, suara Avi-buchou memanggilku dari dalam kegelapan.
Dia adalah seseorang yang sangat aku berutang budi padanya, orang yang memberiku tempat bernama “Pedang Ilmu Gaib”.
[Di sini!]
Aku hanya mendengar suaranya, tetapi tidak dapat melihatnya di mana pun.
Omong-omong, Buchou bukan hanya dermawanku, tapi juga kawan yang berharga.
—Namun, aku masih cemas dan terus mempertanyakan diriku sendiri, apakah dia bisa disebut teman.
Seorang kawan dan seorang teman, seorang dermawan dan seorang teman—aku bertanya-tanya apakah ketiganya serupa namun berbeda?
[Siapa peduli! Datang saja ke sini!]
Pada saat itu aku tidak hanya dapat mendengarnya, tetapi juga melihatnya.
Karena dituntun, aku berlari ke arahnya—tapi berhenti di tengah jalan.
“A-A-A-A-Apa ini, oppai itu!”
Yang mengejutkan aku, oppai Avi-buchou mulai membesar dengan cepat.
Datarannya yang menenangkan menjadi cukup besar untuk menyaingi Rias-senpai.
[Jangan hiraukan hal-hal kecil! Aku sedang dalam masa pertumbuhan! Yang lebih penting—]
“Ini serius! Buchou dengan payudara besar itu aneh, dari sudut pandang mana pun!”
Tidak mungkin aku akan menyetujui oppai itu! Itu tidak realistis bahkan untuk seorang Iblis!
… Realistis? Kalau dipikir-pikir, di mana aku? Apa maksud dari pembicaraan ini?
“T-tidak—kau bukan Avi-buchou!”
Jelas ada yang salah. Aku perhatikan bahwa itu adalah tipuan atau ilusi.
[—U-fu-fu. Sepertinya ini tidak masuk akal.]
Sesuatu yang tampak seperti Buchou memperlihatkan senyum berani.
[Aku membiarkan diriku menyamar sebagai dermawanmu untuk memancing kesadaranmu keluar.]
Dan kemudian dia berubah ke bentuk aslinya—seorang wanita cantik dengan payudara besar yang mengenakan gaun hitam pekat.
“Ten, sei …?”
Apa yang digenggam di tangan kirinya adalah sebilah pedang yang tampak persis seperti dirinya.
[Tidak. Jika Tensei adalah pedang yang menandai awal—pedang ini menandai akhir.]
Wanita berpakaian hitam pekat itu tiba-tiba menusukkan pedang itu ke tanah.
Beberapa saat kemudian, dunia yang dikuasai kegelapan berakhir, berubah menjadi dunia yang dipenuhi bunga.
[Ini adalah lost paradise. Tempat di mana aku beristirahat.]
Aku bertanya-tanya apakah orang ini, yang berdiri tepat di tengah, adalah penguasa firdaus.
[Akhirnya kita bisa bertemu. Aku ingin kita mengobrol santai, tapi tidak ada waktu.]
Mengatakan bahwa dia hanya akan menyebutkan inti permasalahannya, dia berbicara dengan tatapan serius.
[—Keinginan lama pendekar pedang terletak pada pertarungan.]
Ini adalah sebuah peringatan. Setidaknya itulah yang dikatakan instingku.
[Baik untuk membenamkan diri di masa muda. Namun, kau tidak bisa puas dengan itu dan membiarkan pedangmu tumpul.]
Aku tahu aku seorang pendekar pedang. Apa yang dia coba katakan?
[Pedang yang kuat bersemayam di dalam hati yang kuat. Kau belum menghadapi kelemahanmu sendiri.]
Aku mengerutkan kening setelah mendengar peringatan mendalamnya, tetapi pada saat yang sama kelopak bunga mulai berkibar-kibar seperti tirai yang jatuh di panggung.
[Musuh besar sedang mendekat. Percayalah pada kata-kata Tensei dan carilah oppai.]
“Carilah, oppai …. Apakah kau seorang dewa oppai atau apa?”
[Oppai akan membuatmu lebih kuat. Mereka akan membawamu ke tingkatan baru—]
Seolah ingin menegaskan bahwa waktu telah habis, hujan kelopak bunga memenuhi pandanganku.
[Mari kita bertemu lagi. Gadis yang meneruskan permintaan terakhir Musashi-sama.]
“S-siapa kau sebenarnya … kalau kau bukan dewa oppai …!”
[Akulah pedang akhir, yang akan membuatmu menjadi yang terkuat—]
Apakah itu perpisahannya, atau untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut.
Dia dengan berani melepaskan bagian dada gaunnya, dan tiba-tiba memperlihatkan padaku oppai besarnya—.
“Oppai telanjang … guh!”
[U-fu-fu. Hadiah gratis untukmu.]
Pikiranku kacau, kesadaranku melayang jauh, namun satu hal dapat kukatakan dengan pasti.
—Sepertinya cerita antara aku dan oppai masih jauh dari selesai.
Post a Comment
Ayo komentar untuk memberi semangat kepada sang penerjemah.